Dari Kehilangan Jadi Benteng

Ini sudut pandang gua tentang "dari kehilangan jadi benteng", yang gua dapet dari teguran Allah. Sedih ketika sadar kok gua seburuk ini. Tapi gua sadar, gua juga harus toleransi ke diri sendiri, semoga apa yang gua lakukan bisa terus positif, lo juga. Aamiin.
Mungkin lo udah alamin yang gua alamin, karena ini proses.

Langsung aja. Gua kadang suka mikir kenapa kok gua kurang menghargai apa yang gua punya saat ini, mulai dari benda sampai makhluk hidup yang ada di kehidupan gua, katakanlah salah satunya ibu.

Dari rasa kurang menghargai gua jadi bertindak se-enaknya. Ibu yang gua jadikan contoh dalam konteks ini. Ibu itu adalah orang yang paling deket sama gua, yang nerima gua apa adanya. Sayang beribu-ribu persen dah sama ibu. Tapi di satu sisi, ketika emosi gua lagi gak stabil, lagi khilaf, suka timbul kata-kata kayak "akh", Ibu ngelakuin kesalahan dikit, udah kesel dan keliatan dari raut muka gua. Setelah itu gua sadar, terus menyesal. Terus minta maaf, kalau lagi khilaf lagi suka gitu lagi, semoga yaAllah jangan biarkan aku begitu lagi.

Proses setelah sadar, menyesal, dan minta maaf gak berhenti di situ. Gua usahain buat ingetin diri gua, gak boleh jadi anak durhaka, percuma sholat sebanyak mungkin, amal sebanyak mungkin, tapi ketika gua nyakitin orang tua, neraka menunggu. Astaghfirullah. Gua sadarin lagi betapa sayangnya gua sama ibu. Tapi gua sadar itu cuma ber-efek sekitar 70% dan masih ada ruang kosong lagi. Gua terus mikir apa ya kira-kira yang kosong, gua gak boleh jadi anak bodoh yang bertindak se-enaknya.

Setelah mikir, gua sadar bahwa yang kurang adalah gua gak menanamkan pemikiran dan bertindak atas pemikiran itu bahwa gua bakal kehilangan apa yang gua punya saat ini. Gua punya ibu di sisi gua, tapi ketika gua gak menanamkan kesadaran bahwa gua bakal kehilangan beliau, gua bakal bertindak se-enaknya. Gua sadar, menanamkan dan bertindak atas pemikiran 'kehilangan' sebagai benteng biar gak bertindak se-enaknya itu bukan hal yang mudah. Tapi biar kita jadikan itu tantangan. Jangan nyerah!

Dari konsep pemikiran bahwa gua akan kehilangan apa yang gua miliki saat ini, gua merasa di sana ada benteng. Benteng tinggi yang mencegah gua buat tidak menyesal di kemudian waktu, benteng yang menjaga gua untuk tidak bertindak se-enaknya.

Gak berhenti di pemikiran itu, jangan lupa untuk terus menerapkan konsep itu. Jangan nyerah. Rasanya campur aduk, nikmat campur sedih, pahit ketika lo ngebayangin bakal kehilangan. Sebelum akhirnya menyesal karena bertindak se-enaknya, lebih baik mencegah penyesalan kan gaes?

Gua mohon maaf atas tulisan amatiran ini, dan tanpa editan pula! Semoga bermanfaat!

Comments

Popular posts from this blog

Acknowledge, Speak, and Consider What Allah Loves to Hear

Cerita Hidup: Bagian Dua - Keselarasan Hidup

Cerita Hidup Bagian Lima - Cinta Tanpa Syarat