Cerita Hidup: Bagian Satu - Allah, Kau Buat Aku Mampu

Malam ini aku putuskan untuk menulis kembali. Deretan kata-kata yang ingin ku tulis, tak sabar menanti. Aku rindu waktu ini, di kala hati dapat sampaikan keresahan melalui tulisan.
Biarkan rentetan kata hati ini ku tulis tak terikat, tapi tetap dengan arah. Tulisan ini adalah tuangan dari pahit dan manisnya hidup yang dijalani. Biar ku jelaskan teman, dengan bebas.

Menginjak usia 22 tahun, perkara dunia makin jelas terlihat. Resahnya tentang masa depan, kejamnya dunia, terpaan yang datang silih berganti, namun rasa manisnya juga tak ku hilangkan, syukur ku.

Waktu demi waktu, siap tak siap, harus ku jalani. Berat atau tidak bukan lagi perkara yang harus dipikirkan. Jatuh, bersalah, belajar, dan bangkit. Tidak, aku tidak sekuat itu. Aku lemah. Jatuh berhari-hari, tanpa semangat, lalu bangkit kembali. Oooh Allah, terima kasih.

Kecewa, tangis, tawa, semua tumpah meruah dalam hidup. Biasa memang, tapi ketika sedang dijalani, tak semudah kata "biasa" yang terucap. Berat, namun setelah dilalui hal itu ternyata ringan, mudah. Bukan karena hebatnya diri mampu melaluinya, tapi Allah yang jadikan aku mampu melaluinya.

Tulisan ini tertunda sampai sini, semoga aku diberi kesempatan tuk lanjutkan cerita hidup ini.

Comments

Popular posts from this blog

Acknowledge, Speak, and Consider What Allah Loves to Hear

Cerita Hidup: Bagian Dua - Keselarasan Hidup

Cerita Hidup Bagian Lima - Cinta Tanpa Syarat